Lanjut ke konten
Maret 2, 2021 / Purwanto

Pertanyaan:”Di era millenial ini banyak tulang rusuk berubah menjadi tulang punggung, bagaimana seorang suami yang beriman harus menyikapinya?”

Pertanyaan ini agak susah untuk dijawab karena kurang jelas konteksnya apa. Sepertinya ini sebuah ibarat. Tulang rusuk mengibaratkan wanita dan tulang punggung mengibaratkan laki-laki. Dalam sebuah keutuhan tubuh manusia keduanya saling membentuk dan  menyempurnakan. Tidak perlu ada yang dipertentangkan.  Apabila yang dimaksud adalah saat ini wanita menjadi penanggung jawab ekonomi keluarga, tentu suami harus bersikap mendukung dengan cara mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan istri. Tapi sekali lagi pembedaan ini lebih pada pembedaan budaya bukan pembedaan kodrat.

Apa korelasi Benda salib yang kita pasang dirumah, apakah ada hubungannya dengan  memberikan tanda salib di dahi, mulut dan dada kita, apakah banyak orang katolik yang memahami tanda2 tsb sbg kekuatan spiritualitas dr tanda2 kudus yang dibuatnya ,  sehingga bisa dijadikan kekuatan iman dlm pelayanan kehidupan berkeluarga, menggereja dan bermasyarakat  ?

Tentu saja ada korelasi antara benda salib yang kita pasang di rumah dengan memberi tanda salib bapada dahi, bibir dan dada kita. Korelasinya yaitu mengimani bahwa Allah itu adil dalam hidup kita. Allah adalah kasih sehingga memberikan Putera-Nya kepada kita untuk  menebus kita dari dosa melalui jalan penderitaan dan berakhir pada kebangkitan. Dengan benda salib yang terpasang di rumah, kita selalu diingatkan akan kasih Allah tersebut kepada kita. Sedangkan setiap kali kita membuat tanda salib di dahi, kita diingatkan untuk selalu memikirkan Allah. Salib di bibir mengingatakan kita agar setiap kata yang ke luar dari mulut adalah pujian kepada Allah, perkataan yang baik, yang luhur dan yang berkenan kepada Allah (bdk. Filipi 4:8)

Maret 2, 2021 / Purwanto

Pertanyaan: “Kenapa orang Yahudi menyebut Allah dengan sebutan YHWH?” apakah ada hubungannya dengan Yahwista?

Dalam sejarah Israel, Allah itu sangat dashyat. Kekudusan Allah itu sangat luar biasa. Sangking kudusnya, manusia yang adalah orang berdosa tidak mampu bertahan hidup menatap Allah, dan menyebut namanya. Untuk menghindari itu orang Yahudi menyebut Allah dengan YHWH (Yahwe). Kisah panggilan Musa menggambarkan kekudusan Allah yang bisa membuat manusia mati. Pada saat Musa menyaksikan penglihatan semak bernyala tetapi tidak terbakar, Musa mendekat untuk memeriksa apakah itu. Ketika itu ada suara agar Musa melepaskan alas kakinya karena tempat itu kudus.

Sedangkan istilah Yahwista merujuk pada tradisi atau sumber yang digunakan dalam penyusunan kitab Taurat. Ada 4 tradisi atau sumber yang berbeda secara waktu dalam penyusunan kitab Taurat. Keempat sumber itu adalah Yahwista (Y), Elohista (E), Deuteronomis (D) dan tradisi Imam/Priest (P). Keempat tradisi itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Berikut ini adalah karakteristik keempat sumber tersebut.

Tradisi/Sumber Yahwis. Menyebut Allah dengan YHWH (Tuhan Allah). Allah digambarkan secara manusiawi (Imanen), dan terlibat aktif dalam sejarah manusia / bangsa Israel.  Bergaya cerita rakyat yang hidup (ketrampilan tinggi).  Tokoh berbicara melalui tindakan mereka dan jarang memberi penilaian atas tindakan itu. Tema perjanjian dan penggenapannya sangat ditonjolkan. Mulai ceritanya dari kisah penciptaan Kej 2:4b-31.

Tradisi/Sumber ELOhIS (E). Menyebut Allah sebagai Elohim (Allah). Allah cenderung memakai media mimpi dan malaikat sebagai media komunikasi ilahi. Juga berketerampilan tinggi dalam bercerita (Kej 22). Sangat peka akan nilai moral  menilai, menjelaskan dan memberi peringatan pada tindakan salah nenek moyang Israel. Sukar dipisahkan dengan Tradisi Y.  Karena E ada dibawah Y, sisa E sering tak lengkap. Mulai cerita pada Kej:20, walaupun secara tak  lengkap mulai muncul pada Kej:15.

Tradisi/Sumber Deuteronomis (D). Lebih menggunakan sebutan YHWH (Tuhan Allah). Allah berkomunikasi dengan manusia dalam konteks peribadatan Gayanya cenderung berupa wejangan / kotbah Panjang.  Temanya pada penegakan hukum dan peribadatan untuk menghindari pemujaan terhadap dewa-dewi lain. Fokus D pada penyusunan kitab Ulangan.

Tradisi/Sumber priest (p). Lebih menggunakan sebutan Elohim (Allah). Menonjolkan transendensi & keagungan Allah.  Gayanya sering mengulang cerita dan susunan ceritanya kaku, bersifat formal.  Temanya lebih pada peribadatan pada Allah, termasuk aturan ritual dan peran imam.  Minat pada silsilah  juga dalam konteks garis keturunan mana yg mendapat peran fungsi imam. Mulai cerita pada awal Kitab Kejadian (Kej 1:1-2:4a); potongan cerita yg dipengaruhi P ditemui sampai zaman Musa (Kel 6). Sebagai penyusun yg terakhir, P menentukan bentuk akhir Kitab Taurat

November 30, 2020 / Purwanto

HIDUP BIJAKSANA SEBAGAI MURID YESUS

Belajar Dari Markus 6:7-13

  1. Pengantar

Saudari dan saudaraku yang dikasihi Tuhan. Kebijaksanaan adalah salah satu keutamaan hidup kristiani. Berbagai olah rasa, dan olah rohani ditempuh untuk menimba kebijaksanaan. Begitu pentingkah kebijaksanaan dalam hidup sebagai anak Allah? Dan bagaimana kebijaksanaan ini bisa kita dapat? Bacaan dari Injil Markus 6:7-13 akan menuntun kita bagaimana hidup bijaksana.

Karena itu, marilah kita mengikuti pertemuan ini dengan hati terbuka. Terbuka pada suara Roh Kudus agar hati kita mampu menangkap makna perstiwa Yesus mengutus para murid-Nya.

Kita satukan hati kita untuk mendoakan doa pembuka.

  • Doa Pembuka

Allah Bapa sumber Kebijaksanaan ilahi. Putera-MU, Yesus mengutus para murid dengan pesan agar tidak membawa apa-apa. Mereka pergi mewartakan Injil dengan mengandalkan kebijaksanaan-Mu. Berkati kami pada pertemuan saat ini supaya mampu menangkap makna dan pesan Sabda ilahi-MU melalui kisah Yesus mengutus para murid. Dengan demikian kami juga dimampukan menjadi utusan-MU di tengah masyarakat modern yang semakin sekuler. Demi Yesus, Putera-MU yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin

  • Bacaan Injil Markus 6:7-13

Saudari dan saudara terkasih, marilah kita mendengarkan Sabda Tuhan dari Injil Markus 6:7-13

  • Ulasan Singkat Bacaan KS

Saudara dan saudari yang dikasihi Tuhan,

Marilah sejenak kita mendalami isi bacaan yang baru saja kita dengarkan. Untuk mendalami isi bacaan, kita akan membagi menjadi dua bahasan.

  1. Cara Yesus mengutus para murid.
  2. Pesan apa sih yang mau disampaikan Markus melalui kisah ini.

Pertama: Cara Yesus Mengutus Para Murid

Saudaraku. Kisah Yesus mengutus para murid-Nya berdua-dua ini terjadi setelah Yesus ditolak oleh orang-orang di kampung-Nya. Yesus ditolak bukan hanya oleh orang “lain” di kampung-Nya, loh. Tapi Yesus juga ditolak oleh kaum kerabatNya, dan orang dekat-Nya. Ini tampak dari perkataan Yesus, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya” (6:4)

Anda bisa bayangkan perasaan Yesus. Yesus dihormati di mana-mana tapi malah ditolak oleh orang dekat-Nya. Dan itu terjadi dihadapan para murid-Nya. Tapi Yesus tidak marah loh. Karena dikatakan bahwa Yesus masih menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya diatas mereka. Yesus hanya merasa heran saja (6:5-6a)

Nah, setelah peristiwa ini Yesus mengutus keduabelas murid. Kisah ini mau manyampaikan makna pentingnya kebijaksanaan atau hidup bijaksana. Ada beberapa hal yang perlu kita teliti agar bisa mengkap makna tersebut.

  1. Apakah Anda tidak menangkap sesuatu yang aneh pada kisah ini ketika Markus menempatkan kisah perutusan setelah Yesus ditolak? Pada saat mereka baru saja ditolak oleh orang Nazareth, eh.. Yesus malah mengutus mereka (para murid). Berdua-dua lagi? (ayat 7a)
  2. Mereka tidak membawa apa-apa selain tongkat. Gak boleh bawa roti, gak boleh bawa bekal, gak boleh bawa uang dalam ikat pinggang (berarti boleh bawa ikat pinggang) (ayat 8-9)
  3. Yang boleh dibawa: ikat pinggang dan tongkat, alas kaki (ayat 8-9)
  4. Yesus memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat (ayat 7b)
  5. Kalau ada yang menerima agar mereka tinggal di situ sampai berangkat lagi (ayat 10)
  6. Kalau ada suatu tempat yang tidak menerima dan mendengarkan mereka agar mereka ke luar dan mengebaskan debu yang dikakinya sebagai peringatan (ayat 11)
  7. Isi pemberitaan mereka: Supaya orang bertobat (ayat 12)
  8. Tindakan penyembuhan: mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka (ayat 13)

Saudaraku, itulah runtutan dan isi kisah yang menceritakan bagaimana cara Yesus mengutus para murid.

Lalu apa pesan dan makna kisah tersebut bagi kita?

  1. Silakan lihat lagi nomor 1 di atas. Yesus mengutus pada murid justru pada saat mereka di tolak di Nazaret. Ini mau mengatakan kepada para murid bahwa kalau Yesus saja ditolak, maka kalian (para murid) harus siap ditolak. Nah yang lebih penting itu reaksi kalian Ketika kalian ditolak. Pada kisah tersebut Yesus tidak marah loh Ketika ditolak. Yesus masih menyembuhkan orang sakit. Yesus hanya heran saja koq mereka menolak. Maka jika kalian ditolak oleh orang lain, ya jangan marah. Jangan berhenti berbuat baik. Jangan berhenti mewartakan. Jangan berhenti melayani.
  2. Mereka tidak boleh membawa apa-apa antara lain, roti, bekal, uang. Roti adalah lambang kemakmuran (kenikmatan fisik & seksual), bekal adalah lambang kenyaman/gensi, uang adalah lambang kekuasaan. Ketiga hal ini sebenarnya menghadirkan tiga jenis godaan iblis kepada Yesus. Nah dengan ini Yesus mau mengatakan kalau Anda mau menjadi murid-KU yang siap Aku  utus maka Anda harus melepaskan semua itu. Anda harus hidup SEDERHANA. Anda gak boleh lekat pada tiga hal itu.
  3. Yang boleh dibawa adalah tongkat, alas kaki, ikat pinggang. Tongkat selalu menjadi symbol kepemimpinan seorang gembala. Semangat (spiritualitas) kepemimpinan seorang gembala itulah yang harus terus Anda bawa. Alas kaki akan melindungi Langkah kaki Anda. Anda bukan orang yang tidak punya apa-apa. Kendati tidak membawa bekal, roti atau uang, Anda tetap mempunyai alas kaki yang akan melundingi Anda. Anda bukan orang kekurangan. Anda akan tetap cukup. Ikat pinggang adalah lambang dari semangat ugahari. Semangat berpuasa. Semangat hidup cukup dengan apa yang ada. Tidak usah mengada-ada.
  4. Ayat 10 mau mengatakan agar para murid tidak terikat pada keluarga atau tempat tertentu dalam pewartaaan dan pelayanan. Jangan terlalu mengistimewakan rumah/keluarga tertentu. Pada saatnya pergi ya pergi. Inilah semangat melayani semua tanpa pilih kasih.
  5. Tapi jika ada yang tidak menerimamu, ya jangan marah. Kebaskan saja alas kakimu sebagai peringatan. Ga usah marah atau mengancam, cukup memperingatkan. Ini juga dilakukan oleh Paulus dan Barnabas Ketika mereka diusir oleh orang-orang Yahudi yang ada di Pisidia (Kis 13:51)
  6. Yesus membekali para murid dengan kuasa mengusir setan, menyembuhkan orang sakit (ayat 7b dan 13) Ini artinya ketika Yesus mengutus kita Yesus juga membekali kita untuk bisa melakukan perutusan itu. Selain makna ini, ayat ini mau menegaskan focus injil Markus yang menekankan dimensi pewartaan Yesus itu penyembuhan juga berarti pengampunan.

Nah dari makna tersebut kita bisa menarik kesimpulan sebagai berikut. Hidup bijaksana itu adalah hidup yang ditandai dengan hal-hal berikut ini:

  1. Tidak usah marah kalau pewartaan kita ditolak oleh orang lain. Gak usah “mutung” lalu berhenti melayani, tapi terus saja melayani
  2. Hidup senderhana. Ga terikat pada kepemilikan, kenikmatan, gensi atau kekuasaan yang kita punya. Misalnya begini, mentang-mentang saya itu ketua seksi atau ketua lingkungan lalu gak mau dikritik dll. Melayani juga gak untuk cari kenikmatan fisik atau apa lagi kepuasan seksual (relasi dengan orang tertentu)
  3. Melayani itu gak boleh pilih kasih. Gak boleh lekat pada keluarga tertentu.
  4. Sebagai orang katolik apa lagi pewarta kita tidak boleh mengancam orang lain yang bertindak tidak sesuai dengan pewartaan kita. Kita hanya boleh mengingatkan saja. Misal, ada umat yang sudah kita bantu lalu tidak aktif juga. Kita lalu berpikir, “sudah dibantu gak aktif juga, awas loh nanti kalau minta bantuan gak kita kasih lagi” Ini ancaman namanya.
  5. Terakhir, kita percaya Tuhan tidak pernah membiarkan kita kekurangan baik harta maupun semangat, Tuhan memberi kita kuasa untuk mewartakan. Percayalah.

Nah, itu adalah hal-hal yang menandai hidup dalam roh kebijaksanaan. Jika kita hidup dengan cara demikian berati kita bijaksana. Semua itu bersumber dari Yesus karena Yesus yang mengutus kita. So, dari kisah ini Markus mau mengatakan Yesus adalah Sumber Kebijaksanaan. Yesus adalah KEBIJAKSANAAN itu sendiri.

  • Butir Permenungan/Refleksi
  1. Bagaimana reaksi saya ketika saya dan pewartaan saya ditolak? Apakah saya marah dengan cara membela diri? Atau saya mutung alias ya sudah berhenti melayani?
  2. Apakah saya menjadi orang Katolik dan atau menjadi pewarta untuk mendapatkan “kenikmatan?” atau saya rela melepaskan kenikmatan itu dengan semamgat ugahari? Saya mau berdoa dan berpusa untuk umat yang saya layani?
  3. Apakah saya masih sering bertindak pilih kasih dalam melayani umat? Atau saya sudah bisa berpikir semua umat saya layani secara sama dan tidak lekat pada keluarga tertentu?
  4. Setelah saya meneliti nomor 1-5 hal di atas perihal hidup bijaksana. Hal mana yang masih sangat sulit saya hidupi?
  • Doa Penutup

Allah Bapa sumber kebijaksanaan ilahi. Terima kasih Engkau telah menyadarkan kami pentingnya menimba kebijaksanaan dari pada-MU. Hari ini kami belajar bagaimana membangun semangat dalam hidup bijaksana. Berkati kami untuk mampu berlatih hidup bijaksana. Demi Yesus Kristus Putera-MU yang hidup dan berkuasa. Kini dan sepanjang masa. Amin.